Tahun ini, saya sudah menulis tiga buku. Awalnya tidak pernah ada rencana untuk membuat sebuah trilogi. Tapi setelah selesai menulis ketiganya, saya merasa, kok seperti sebuah trilogi ya. Dan setelah itu saya sadar ada benang merah yang membuat mereka saling terhubung.
Buku pertama, “Dari Luka Menuju Rumah”, lahir dari fase penuh kehilangan dan kebingungan. Tentang jatuh, tersesat, lalu perlahan belajar berdamai. Bukan kisah kemenangan, hanya perjalanan kecil untuk pulang ke diri sendiri.
Buku kedua, “Satu Hari Dalam Satu Waktu”, hadir dari fase diam. Dari hari-hari yang dijalani pelan, tanpa terburu-buru. Belajar hadir tanpa harus selalu punya jawaban untuk semua pertanyaan.
Buku ketiga, “Langkah Kedepan dan Mimpi yang Terus Bergerak”, bercerita tentang keberanian untuk melangkah lagi. Tentang mimpi yang kadang berubah arah, tapi tetap menuntun untuk terus berjalan, sekecil apa pun langkahnya.
Kalau dibaca berurutan, tiga buku ini sebenarnya saling melengkapi. “Dari Luka Menuju Rumah” adalah tentang jatuh dan usaha berdamai. “Satu Hari Dalam Satu Waktu” tentang bertahan dan belajar hidup pelan. Dan “Langkah Kedepan dan Mimpi yang Terus Bergerak” tentang keberanian untuk terus maju. Dari runtuh, diam, sampai akhirnya bergerak.
Saya tidak menulis buku-buku ini karena sudah tahu segalanya. Saya juga tidak menulisnya karena merasa sudah selesai dengan hidup. Justru sebaliknya, saya menulis karena saya masih terus berjalan. Masih sering ragu. Masih bertanya. Masih belajar menerima hal-hal yang tidak bisa saya kendalikan.
Tiga buku ini bukan teori hidup, bukan juga buku motivasi. Mereka hanyalah catatan. Kadang berupa pengalaman pribadi, kadang bercampur fiksi tipis. Tapi intinya sama: refleksi dari apa yang pernah saya jalani.
Sebenarnya ada satu buku lagi yang sedang saya tulis, meski belum selesai. Isinya lebih sederhana, berupa daftar pertanyaan untuk diri sendiri. Lebih seperti percakapan diam, lebih dekat ke bentuk refleksi. Buku itu saya tulis bersamaan dengan buku ketiga ini, tapi belum sempat saya selesaikan. Ada semacam jeda, dan saya memilih menaruhnya sebentar. Mungkin nanti akan ada waktunya lagi untuk kembali saya rampungkan.
Saya tidak tahu apakah buku-buku ini akan penting buat orang lain. Yang jelas, bagi saya, mereka adalah penanda. Bahwa setiap fase hidup punya bahasanya sendiri: luka, bertahan, dan mimpi.
Kalau kamu sedang berada di fase yang mirip, mungkin kamu juga akan menemukan potongan cerita kamu sendiri di dalamnya.
Selamat membaca pelan-pelan, seperti hidup yang tidak harus selalu tergesa.
Download Bukunya👉 Disini